Tuesday, July 27, 2021

Audio-Technica ATM450 - Cardioid Condenser Instrument Microphone




Salah satu ‘rising star’ dari re-make Artist Series, mikrofon ATM450 menawarkan desain side-address stick yang inovatif untuk opsi penempatan tanpa batas dan penghalang yang minimum. Mikrofon ini dilengkapi dengan filter hi-pass 80 Hz integral yang memudahkan peralihan dari respons frekuensi flat ke roll-off low-end.

ATM450 juga dilengkapi pad 10 dB yang dapat di-switch untuk menurunkan sensitivitas mikrofon, memberikan kemampuan SPL yang lebih tinggi untuk penggunaan yang fleksibel dengan berbagai penampil dan konfigurasi sistem. Respons frekuensi datar mikrofon ini juga di-extand yang membuatnya ideal untuk SPL tinggi serta untuk instrumen akustik live yang diamplifikasi.

Dalam setiap kemasan ATM450 dilengkapi dengan clamp isolasi profesional-grade untuk memberikan posisi pemasangan yang aman, serbaguna dan peredam kebisingan mekanis yang tidak diinginkan secara efektif.

Spesifikasi ATM450
• Element : Fixed-charge back plate permanently polarized condenser
• Polar Pattern : Cardioid
• Frequency Response : 40-20,000 Hz
• Low Frequency Roll Off : 80 Hz, 18 dB/octave
• Open Circuit Sensitivity : –41 dB (8.9 mV) re 1V at 1 Pa

#AudioTechnica #ATM450 #Microphone

Wednesday, July 14, 2021

#ProTips | Reamping Untuk Mendapatkan Tone Gitar Sempurna


Bagi kebanyakan gitaris, mungkin gampang untuk mendapatkan tone gitar elektrik yang bagus, akan tetapi juga tidak sedikit yang agak kesulitan untuk mendapatkan tone sempurna sebelum mendengarkannya dalam konteks mix. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah metode reamping! Sesuai dengan namanya, reampingadalah proses dimana Anda mengeluarkan track yang sudah direkam dan meng-“amplify”-nya kembali melalui speaker/ kabinet untuk mencari dan mendapatkan tone yang sesuai dengan konteks mix lagunya. Memang,  proses ini terdengar agak rumit dan akan menyita banyak waktu, tetapi proses ini akan membantu Anda untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan me-revolusi sound dari musik Anda sendiri.

Bahkan tidak sedikit yang terjebak situasi yang lebih menjengkelkan; mencoba untuk mendapatkan inspirasi untuk suatu riff lagu, tetapi kemudian membuang waktu untuk setting ampli, mic, dll. Dan pada waktu Anda siap untuk merekam, yang terjadi adalah Anda lebih fokus kepada tone tersebut dari pada ide musikalnya. Dan yang lebih parah, sound yang Anda rekam tidak cocok dalam konteks musik pada sektor final mix-nya.

Salah satu solusinya adalah menempatkan sebuah DI Box diantara gitar dan fx atau ampli gitar, jadi masih ada cadangan sinyal unprocessed yang data diolah kembali dari pada harus merekam part gitar tersebut di lain waktu ketika hasilnya tidak sesuai. Dengan metode reamping, kita tidak perlu kuatir jika ternyata merekam tone yang buruk, bisa fokus dalam ide musikal dan performa, serta dapat membuka kreativitas lebih luas.

Dan kabar bagusnya, reamping bukan hanya untuk gitaris. Karena teknik ini pertama kali justru digunakan oleh bassist. Jadi koncept reamping ini dapat gunakan untuk semua jenis track.

Langkah 1 : Merekam track untuk reamping

Untuk mendapatkan hasil terbaik dengan metode reamping, Anda membutuhkan tone direct track yang benar-benar clean / natural dari instrumen yang akan di-reamping. Saran kami, gunakan direct box seperti Radial J48™.


Menggunakan DI mempunyai banyak manfaat daripada mencolokkan langsung instrumen Anda ke input interface rekaman Anda. Radial J48 dapat mempertahankan dan menambahkan ‘cadangan high frequency‘ dari instrumen  yang terkadang loss pada saat menggunakan input instrumen interface rekaman berkualitas rendah. Interface rekaman Anda akan mendapatkan input mic level dari DI box (bukan line atau instrumen level) sehingga preamp interface Anda dapat bekerja maksimal untuk track instrumen tersebut.

Dengan menggunakan DI box seperti Radial J48, Anda juga tetap dapat menggunakan pedal, fx, ampli serta mic untuk todong ampli dengan menggunakan ouput ‘thru’ yang ada di DI box ini. Dengan begitu, Anda akan merekam masing-masing dua track untuk satu instrument (secara bersamaan); satu track clean DI dan satu track processed dari pedal, fx, ampli, ataupun mic todong. Dengan demikian Anda akan mendapatkan pilihan jika ternyata processed track tersebut tidak sesuai dalam konteks keseluruhan lagu pada saat mixing.

Langkah 2 : Reamp track dan capture kembali

Oke, setelah selesai dalam proses tracking semua instrumen dan memulai proses mixing, jika ternyata sound gitar tidak cocok dengan lagunya – jangan kuatir! Inilah saatnya menggunakan track clean dari DI saat direkam tersebut untuk proses reamping.

Pada software DAW, set ouput dari track DI yang akan di-reamping ke output lain (contoh: misal output monitor Anda adalah Ouput 1-2, maka pilih output 3 mono untuk ouput track reamping-nya).



Lalu sekarang sambungkan output terpisah ini ke Reamp® box. Langkah ini sering kali terlewat oleh banyak orang dalam proses reamping, yang mana ini menjadi sangat krusial untuk mendapatkan hasil sempurna. Sebuah Reamp box meng-konversi sinyal balance dari interface Anda menjadi instrumen level dengan impedansi yang tepat untuk dikirim ke efex, pedal ataupun ampli Anda.

Untuk para pemula dalam metode reamping, Radial ProRMPTM adalah solusi reamp pasif yang mudah dengan hanya menggunakan satu tombol gain dan ground lift. Sedangkan untuk Radial Reamp JCRTM, desain original dari John Cuniberti dipertahankan dengan menggunakan transformer gulung. Sedangkan produk reamp Radial yang sekarang populer digunakan adalah Radial X-AmpTM dengan dua reamp output sehingga Anda dapat bereksperimen dengan sebebas-bebasnya. Untuk Anda yang menggunakan produk 500 series, terdapat juga X-Amp 500TM.

Selanjutnya, kirim output unbalance (instrumen level) dari reamper ke fx pedal atau ampli Anda. Ada baiknya jika mengirim kembali sinyal reamp ke interface sehingga kita dapat memonitor sinyal reamp secara real time, untuk mempermudah membuat perbahan sesuai selera sebelum merekam track tersebut.

Ingat, proses reamping butuh latihan dan proses pengalaman. Kita tidak jadi mahir dalam proses reamping hanya dengan satu malam saja.

Note:

Jika Anda hanya memiliki interface 2 x 2 (2 input dan 2 output), Anda tetap dapat melakukan reamping. Hanya saja prosesnya menjadi sedikit lebih panjang: rekam (melalui output 1 mono atau 2 mono, monitor melalui headphones), lalu dengarkan (melalui ouput 1-2 atau headphone), lalu atur sesuai keinginan, kemudian rekam kembali. Kami menyarankan Anda melakukan proses reamping dengan interface yang memiliki lebih dari 2 output, sehingga Anda dapat memonitor track secara real time.

 

Kesimpulan

Reamping tidak hanya menghemat waktu dan mengurangi stress berlebih pada saat dihadapkan pada situasi yang kita sebut harus tracking ulang! Proses ini juga melatih kita untuk dapat mencari tone yang sempurna.

Keuntungan yang lain?

  • Improving sounds –  Anda memiliki track vocal yang kurang ‘berenergi’, atau software instrumen yang terdengar digital sekali? Anda dapat memberikan saturasi yang anda mau melalui proses reamping (pedal distorsi atau reamping pada ruangan yang sebenarnya?)
  • Sound yang unik – Dengan kemampuan preset plugin sekarang ini, reamping membuat Anda dapat membentuk tone yang benar-benar unik terhadap gear, mic, dan ruangan dimana Anda merekam. Semua ini membuat musik Anda benar-benar personal.
  • Mudah untuk di edit – Anda akan lebih mudah untuk mengedit sinyal clean DI daripada processed signal yang terdistorsi, coba bandingkan, Anda akan lebih mudah melihat attack, decay dan sustain pada sinyal clean daripada distorsi.
  • Bocoran Audio – Recording live band? Anda pasti tidak ingin suara ampli bocor di track drum Anda. Dengan memakai DI box Radial JDX Direct-DriveTM gitaris dan bassis anda tidak akan komplain karena DI ini mensimulasi suara ampli asli dengan sangat baik.#KairosMultiJaya #radial #RadialEngineering #DirectBox #Reamp #Reamping

Thursday, July 1, 2021

Kesuksesan Tidak Dibangun Dalam Satu Malam

Di era sekarang ini, rekaman menjadi sesuatu yang lazim dan bisa dilakukan oleh siapapun, mulai musisi pemula sampai dengan professional. Bahkan yang tren saat ini, content creator. Berkat kemajuan teknologi dan berbagai inovasi perlengkapan recording, rekaman tidak lagi harus dilakukan di studio professional, akan tetapi juga bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun bahkan di kamar tidur.

Fakta menyatakan bahwa Focusrite Scarlett adalah perangkat interface yang paling banyak digunakan dan dijumpai di berbagai studio maupun home studio di seluruh penjuru dunia. Dari pernyataan tersebut akan timbul pertanyaan; apa yang membuat Focusrite Scarlett menjadi audio interface yang paling favorit? Tentu saja disana ada sejarah besar dan warisan kualitas perangkat rekaman legenda yang telah digunakan oleh musisi kenamaan pada era sebelumnya.


 

Sejarah Focusrite

Pada tahun 1985, George Martin (yang dikenal sebagai produser The Beatles) pemilik AIR Studio London menugaskan Rupert Neve (si jenius dibalik perangkat konsol mixing, mic preamp dan EQ brand Neve) untuk mendesain dan membuat Mic Preamp dan EQ Circuit secara exclusive untuk konsol mixing di studio miliknya. Sesuai dengan permintaan George, Neve berhasil menciptakan sebuah konsol preamp yang disebut sebagai ISA 110; sebuah modul preamp yang diciptakan secara cermat dan detail komponen yang memiliki kulitas military-grade. Nah, preamp inilah cikal bakal mic preamp Focusrite yang kita kenal saat ini!



Perlu digaris bawahi, bahwa modul asli ISA110 ini tidaklah murah. Jika Anda ingin membeli ISA110 beserta power supply dan rack mounting-nya saat itu, Anda harus menyiapkan uang sebesar $7000 atau setara dengan $22.000 atau senilai Rp. 374.000.000,- untuk saat ini! Harga yang sangat fantastis untuk sebuah modul preamp.



Ketertarikan George Martin terhadap ISA110, membuat Neve bersemangat untuk mengembangkan mic preamp lainya, seperti ISA130 dan ISA115 yang menjadi esensi dari konsol Focusrite Forte; sebuah proyek mixing konsol hi-end ambisius saat itu; terbesar, kompleks dan termahal! Sayangnya dikarenakan biaya produksi yang super mahal, konsol Focusrite Forte hanya berhasil diproduksi sebanyak 2 unit yang saat ini masing-masing berada di Master Rock Studio di London dan Electrik Lady Studio di New York.



Pada kesempatan lain, Phil Dudderidge menjual perusahaan Soundcraft miliknya dan membeli sebagian besar aset dan gagasan Neve, serta mengumpulkan beberpa engineer dan designer untuk menghidupkan kembali proyek Focusrite. yaitu mendesain dan menata ulang konsol mixing Forte menjadi Focusrite Studio, dengan tetap mempertahankan ISA110 sebagai fitur utama, agar harga modulnya menjadi lebih terjangkau untuk pasar yang lebih luas.



Focusrite Studio adalah modul inovatif dengan 70 input dan prosesing yang powerful. Bisa dikatakan sebagai Sebuah ‘raksasa’ di masanya. Pada tahun 1990, Dudderidge berhasil memproduksi 10 unit konsol Focusrite Studio. Yang mana diantaranya masih digunakan di berbagai belahan dunia sampai dengan saat ini. Salah satunya di Ocean Way Studio Los Angeles yang berhasil merekam karya-karya hits jutaan bahkan miliaran copy! Salah satunya adalah Green Day  album 21st Century Breakdown (2009)



Dapat dikatakan bahwa konsol Focusrite Studio menjadi konsol favorit para engineer rekaman. Beberapa diantaranya yang cukup beruntung dapat menggunakan dan mempelajarinya. Pakar analog Mark Thompson dan Hugh Robjohns dari majalah Funky Junk dan Sound On Sound memuji performa Focusrite Studio, dimana banyak prosesor audio pada konsol lain memanipulasi suara dengan menambahkan atau menghilangkan komponen tertentu justru Focusrite Studio dan unit ISA110 mampu menangkap suara dengan transparan, mempertahankan karakter asli dan tekstur yang smooth di seluruh rentang frekuensi. Sejak saat itu, Focusrite merilis berbagai lini produk komersiil secara luas, diantaranya RedNet series, Platinum, Saffire, Liquid, Clarett dan tentu saja Scarlett series yang dapat kita gunakan dimanapun!



Saat ini, Focusrite Scarlett dengan lini produk generasi ketiga tengah mendominasi pasar audio interface dunia. Scarlett series terdiri dari Scarlett Solo, Scarlett Solo Studio, Scarlett 2i2. Scarlett 2i2 Studio, Scarlett 4i4, Scarlett 8i6, Scarlett 18i8 dan Scarlett 18i20. Meskipun demikian, Focusrite masih terus berinovasi dan merilis ulang beberapa produk di ISA, seperti ISA 428 MKII, mic preamp dengan 4-channel yang menampilkan performa ISA 110 klasik.



Arahan yang cerdas dan cermat dari seorang Phil Dudderidge beserta timnya telah membawa Focusrite pada level sekarang ini; produsen audio interface berkualitas tinggi dengan harga yang mampu dujangkau oleh konten creator maupun musisi amatir sekalipun!