Objective-nya hanya satu yaitu “Hasilkan suara di FOH seperti sumber suara aslinya” atau jika memungkinkan “Sound Engineer harus memperbaiki kekurangan/ kelemahan suara aslinya”.
Marilah kita lihat salah satu pertimbangan penting (sebagai acuan) dalam menggunakan ke dua sistem tersebut.
Kapan dan bilamana kita menggunakan ‘Microphone’ ?
- Jika anda, ingin memperoleh suara asli acoustical dari sebuah instrument
- Jika anda, membutuhkan ambience sound (kesan suara live/sekeliling ruang)
- Jika anda, membutuhkan respon attack/sentakan dari suara instrument
- Jika anda, ingin memperoleh detail dari ‘speed sound’ (sumber suara dari suatu permainan instrument dengan kecepatan tinggi)
Kapan dan bilamana kita menggunakan ‘Direct Injection Box’ ?
- Jika anda ingin memperoleh karakter low frekuensi yang bersih (clear dan tidak distorsi, noise/ada kebocoran suara)
- Jika sinyal sumber suara telah berbentuk sinyal arus listrik
- Jika sinyal anda masih berbentuk unbalance (+ dan – saja), sehingga harus diubah ke balance sistem (+, - dan Ground)
- Untuk mengurangi distorsi suara yang disebabkan oleh Loss cable/kerugian dari bahan kabel (baik itu pengurangan sinyal arus listrik maupun perubahan karakter suara yang disebabkan oleh kapasitansi, induktansi dan resistansi)
Salah satu syarat pemilihan system ini adalah harus ditunjang oleh monitor instrument yang memadai (Speaker & amplifier instrument/back sound)
Memungkinkan juga untuk menggabungkan ke-2 sistem di atas, jika Anda merasa perlu dan masih belum tercapainya karakter suara yang diharapkan. Spesifikasi microphone instrument dan direct injection box, hendaknya memiliki standar kualitas yang cukup baik. Jangan menggunakan vocal microphone untuk keperluan instrument anda.
Selamat mencoba dan bandingkan karakter suara yang dihasilkan dari masing-masing sistem tersebut.
No comments:
Post a Comment